Posted by : Aditya Indra Sunday, December 18, 2011

cerpen ini ta buat pas kelas sepuluh, hehe
ngerjainnya 2 jam kalo ga salah,
wkkww,
bsk deadline, malemnya baru ta bikin, hehehe
ceritanya ga mutu abis, wkwkw, terlalu simpel buat dikatan cerpen,
maklum, aku nulis sak anane, hehee

Di sebuah kota kecil bernama Salatiga, ada dua orang sahabat. Yang pertama bernama Oktaviano Kautsar atau yang biasa di panggil Vano dan yang kedua bernama Akwila Otniel yang biasa di panggil Otniel. Vano memiliki sifat kalem dan pintar mengendalikan situasi, sedangkan Otniel memiliki sifat periang, suka seenaknya sendiri, dan kadang-kadang bisa sangat bijaksana. Mereka berdua sudah bersahabat sejak Taman Kanak-kanak. Mereka selalu bersaing di segala bidang dari akademik, seni, hingga olah raga. Meskipun selalu bersaing tetapi mereka tetap bersahabat.
Tidak terasa sudah dua belas tahun lamanya mereka bersama, sekarang mereka duduk di bangku SMA favorit di kota mereka yaitu SMAN1 Salatiga. Mereka sudah sekitar enam bulan merasakan bangku SMA. Suatu pagi mereka sedang berbincang tentang anak baru yang akan masuk di kelas mereka.

“Van, bener gak ya bakal ada anak baru?” tanya Otniel
“Kayaknya iya, denger-denger sih cewek” jawab Vano
“Cantik gak ya?” sahut Otniel
“Hehe, harusnya sih gitu, soalnya cewek cantik di sekolah kita sudah kayak barang langka” jawab Vano sambil tersenyum
“Haha, setuju! Menurutku yang cantik cuma Nadia di kelas X-1” lagi-lagi Otniel menyahut
“Haha, dasar kamu! Dia kan suka sama kamu dari kelas 1 SMP, napa kamu gak pacaran sama dia aja?” tanya Vano dengan santai
“Hahaha, jangan bercanda! Lebih enak gak punya pacar, kan gak perlu antar-antar dia, bayarin makan, sama hal-hal yang gak penting lainnya” jawab Otniel
“haha, itu gara-gara kamu mikir buat kamu sendiri, kalo cowok ngelakuin hal-hal yang tadi kamu bilang gak penting, kamu salah, kita bakal dapet kebanggaan tersendiri” kata Vano
“Iya-iya mantanya Felicia! Hahahaha” kata Otniel dengan nada menyindir



Belum sempat Vano membalas kata-kata Otniel, bel masuk kelas berdering, kemudian mereka berdua masuk kelas tanpa meneruskan pembicaraan mereka.

***

Suasana kelas sangat gaduh, karena Bu Nadine yang mengajar Geografi belum datang juga. Beberapa saat kemudian terbukalah pintu kelas dan terlihatlah dua sosok perempuan memasuki kelas yang pertama sudah keriput dia adalah Bu Nadine yang kedua perempuan berseragam SMA dengan rambut yang dikucir dua dengan muka kusut seperti belum mandi dia adalah si murid baru. Sesi perkenalan telah berlalu, nama anak baru itu adalah Queenzha dia pindahan dari bandung, dia duduk di sebelah Vano karena kebetulan Lutfi yang duduk di sebelah Vano tidak masuk hari itu.

Bel istirahat berdering, Bu Nadine menyuruh Otniel untuk mengantar Queenzha berkeliling sekolah, tetapi Otniel menolaknya karena merasa malu mengantarkan Queenzha, Vano yang melihat kejadian itu langsung menawarkan diri pada Queenzha untuk mengantarkannya berkeliling. Selama menemani Queenzha berkeliling banyak mata yang melihat mereka Queenzha berpenampilan sangat kusut, tetapi Vano tidak memedulikkan mereka karena Vano merasa nyaman dengan Queenzha. Selama mereka berjalan bersama mereka membicarakan banyak hal.
Saat mereka tiba di perpustakaan,

“Queen, kok muka kamu kusut si? Belom mandi ya? Hehe” tanya Vano pada Queenzha
“Hehe, iya, tadi pagi aku baru sampai di Salatiga jam setengah tujuh, jadinya gak sempat mandi, kamu kok gak malu jalan sama aku?” jawab Queenzha
“Haha, gak apa-apa, biasa aja, kamu santai aja, gak usah pedulikan mereka” jawab Vano sambil tertawa

Kemudian mereka melanjutkan perjalan mereka mengelilingi sekolah. Setelah selesai berkeliling mereka kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa.

***

Akhirnya sekolah selesai, karena masih kelas satu SMA jadi belum banyak kegiatan di sekolah. Anak-anak langsung pulang ke rumahnya masing-masing, Vano dan Otniel menuju tempat parkir bersama, karena memang mereka parkir berdekatan. Setelah mereka mengambil motor dari tempat parkir mereka melihat Queenzha kebingungan, awalnya mereka tidak inging menghiraukan Queenzha, tetapi Vano mengajak Otniel untuk bertanya pada Queenzha

“Queen, lagi ngapain? Kok ga pulang?”
“lagi nunggu di jemput sama papa, tapi gak datang-datang” jawab Vano
“mau aku antar pulang?” Tanya Vano lagi
“gak usah, nanti ngerepotin” jawab Queenzha
“gak kok, ayo!” ajak Vano dengan sedikit memaksa sambil menarik tangan Queenzha

Dengan malu-malu tapi mau, Queenzha akhirnya naik ke Jupiter Mx milik Vano. Otniel hanya meliat mereka berdua sambil terheran-heran karena mereka berdua yang baru saja berkenalan langsung akrab. Akhirnya mereka tancap gas dan kembali ke rumah masing-masing. Di tengah jalan, karena tidak tahu rumah Queenzha, Vano bertanya pada Queenzha dimana rumahnya

“Queen, rumahmu di mana sih?”
“Di atas bumi d bawah langit, hehe” jawab Quenzha sambil tertawa
“Hahaha, kamu ah! Bercanda terus, beneran di mana rumah kamu?” Tanya Vano sekali lagi, kali ini dengan suara lebih lantang
“Iya-iya, di Perumahan Putra Garden Nomer 23-R, rumah kamu sendiri di mana?, jauh gak dari rumahku?” Queenzha balas bertanya
“O…, Perumahan Putra Garden, rumahku di Perumahan Wahid, hanya lima menit dari rumahmu” jawab Vano

Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di rumah Queenzha, saat itu terlihat Ayah Queenzha sedang membetulkankan mobil Honda City hitam tahun 2009. Sebelum pulang tidak lupa Vano berpamitan dengan ayah Queenzha. Queenzha tidak lupa meminta nomor telepon genggam milik Vano karena dia merasa akan membutuhkan Vano. Sesampainya di rumah, Vano langsung menelpon Otniel, dia menceritakan segalanya yang dia lakukan bersama Queenzha di hari ini. Otniel menanggapinya dengan biasa saja karena dia pikir itu adalah hal yang biasa.

***

Esok harinya, Queenzha tidak mengucir rambutnya, dia membiarkan rambutnya yang panjang terurai. Hal itu membuat dia kelihatan sangat cantik. Karena hal itu, Otniel tidak malu berteman dengan Queenzha. Beberapa minggu berlalu, sekarang Queenzha sudah berteman dekat dengan Vano dan Otniel.

***

Satu tahun berlalu, sekarang Queenzha sudah bersahabat dengan Otniel dan Vano, suka dan duka mereka lalui bersama. Karena rumah Vano dan Queenzha dekat, setiap hari Queenzha berangkat dan pulang sekolah bersama Vano. Sampai pada suatu sore saat mereka berdua sampai di depan rumah Quuenzha, Vano mengatakan hal yang mengejutkan

“Queen, aku mau bilang sesuatu, sebenernya selama ini kalau aku bersama kamu, ada yang berbeda di dalam diriku, aku merasa nyaman bila bersamamu” kata Vano pada Queenzha sambil malu-malu
“Yang bener kamu Van?” dengan malu-malu juga, Queenzha bertanya
“Bener Queen, kamu mau jadi pacarku gak?” kemudian Vano balik bertanya sambil memegang kedua tangan Queenzha
“Aku gak bisa jawab sekarang Van” jawab Queenzha sambil tersenyum
“Ya udah, gak masalah, aku bakal nunggu kamu jawab, pikir baik-baik Queen, pilih yang terbaik buat kamu, ya udah, aku pulang dulu ya, sampai ketemu besok pagi” kata Vano pelan pada Queenzha.

Kemudian Vano pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya, ternyata Otniel telah menanti kedatangan Vano. Setelah Vano berganti baju, kemudia Otniel bercerita pada Vano kalau dia sangat mencintai Queenzha, dia ingin Queenzha menjadi pacarnya, tetapi sebelum itu dia inging menceritakan semuanya pada Vano. Saat mendengar cerita Otniel, Vano hanya tertunduk lesu, yang ada di pikirannya hanya bagaimana dan apa yang harus dia lakukan. Setelah Otniel selesai, dia meminta saran pada Vano, Vano hanya menjawab dengan lesu

“Jika kamu menginginkan sesuatu, kamu harus memperjuangkannya sampai batas akhirmu, jadi jangan menyerah sobat, dapatkan yang kamu mau”
“makasih sarannya Van, kamu memang sahabat terbaikku” sahut Otniel setelah mendangar perkataan Vano.

***

Satu minggu berlalu, Queenzha tak kunjung memberikan jawabannya pada Vano. Pada saat pulang sekolah, di hadapan seluruh teman sekelas Otniel dengan muka polos dan penuh senyum menyatakan cintanya pada Queenzha,

“Queen, sebenarnya, aku sudah suka sama kamu dari dulu. Aku gak tau kenapa, tapi aku tulus sayang sama kamu. Kita kan juga udah deket lama, Kamu mau gak hidup di sisi aku dan aku mau kamu juga setia sama aku. Aku emang belum tau perasaan kamu, tapi itulah gunanya aku ngungkapin perasaan aku ke kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku? Aku gak maksa kamu, kalo kamu ga suka kamu boleh nolak. Apapun jawaban kamu, aku tetep sayang sama kamu. Aku emang ga bisa janjiin bulan dihadapan kamu, aku cuman bisa janjiin cinta sama kesetiaan. Jadi, kamu maukan jadi pacar aku?”
“Aku bingung harus jawab gemana Ot, aku memang sayang sama kamu, tapi ada sesuatu”
“Ada yang kamu mengganjal di pikiran kamu? Jawab sesuai kata hatimu saja, aku gak maksa kamu buat nerima aku, yang penting ada alasannya”
“Aku lebih nyaman sama kamu sebagai sahabat saja, maaf ya Ot”
“Oke kalau begitu, aku hargai keputusan kamu”

Vano yang melihat dari jauh sambil tertunduk, tersentak kaget saat mendengar Queenzha menolak Otniel. Di dalam hatinya bercampur aduk antara rasa senang karena Queenzha menolak Otniel dan rasa sedih karena harus menghianati sahabatnya sendiri.

Setelah itu mendengar jawaban Queenzha, Otniel hanya tertunduk dan lekas pergi meninggalkan keramaian kelas. Kemudian Queenzha mengajak Vano untuk segera mengantarkannya pulang.

***

Sampai di depan rumah Queenzha, Queenzha bertanya pada Vano tentang mereka berdua

“Van, kamu masih nuggu jawabanku?”
“Iya Queen, apa jawaban kamu Queen?” Tanya Vano dengan suara pelan namun penuh harapan
“Aku gak bisa nolak kamu Van. Sejak dari pertama, kamu udah peduli banget sama aku” kata Queenzha pada Vano sambil tersenyum dan memegang tangan kanan Vano
“Hehe, makasih ya Queen, aku gak tau harus bilang apa, yang jelas aku gak bakal bisa lupain tanggal 23 bulan Maret tahun 2010” kata Vano pada Queenzha sambil tersenyum
“Aku juga Van, aku senang banget bisa punya kamu lebih dari sekedar teman dekat”

Kemudian mereka berdua mengobrol sampai sore di teras rumah Queenzha. Tiba-tiba Otniel datang ke rumah Queenzha, tetapi saat melihat Vano dan Queenzha sedang bermesraan, Otniel langsung membawa motor miliknya dan dengan kecepatan tinggi meninggalkna rumah Queenzha. Saat melihat Otniel, Vano segera keluar dari rumah Queenzha dan berlari mengejar Otniel, tetapi Otniel tidak terkejar lagi.

Beberapa menit kemudian, Vano menerima pesan singkat dari Otniel. Berikut adalah pesan singkat dari Otniel untuk Vano

“Ow, jadi i2 y yg nmnya sahabat?? Katamu sahabat a/ org yg dtg ketika seluruh dunia meninggalkan kita, tp sahabatku sendiri malah ngambil stgh nyawaku, nyesel 13 thn hidupku aku sia2in sama km”

Saat membaca pesan singkat itu, Vano merasa seperti orang paling bersalah di dunia. Dia merasa telah menghianati persahabatan mereka selama ini.

***

Malam harinya, Vano mematikan telepon genggam miliknya, karena ingin merenung sendirian. Besok paginya, Vano secara tidak sengaja membaca berita di surat kabar bahwa ada seorang siswa SMAN1 Salatiga tewas tertabrak truk saat menyebrang keluar dari Perumahan Putra Garden. Vano tidak percaya saat membaca berita itu. Untuk meyakinkan bahwa itu bukan Otniel, dia kemudian menyalakan telepon genggam miliknya yang sebelumnya ia matikan. Ada banyak pesan singkat masuk, semua dari teman-teman sekelasnya. Semua pesan singkat itu berisi tentang kematian Otniel.

Vano saat itu menerka bahwa Otniel tertabrak truk karena mengirim pesan singkat padanya sambil mengendarai motor. Dia merasa sangat menyesal, karena dirinya, sahabatnya sendiri kehilangan nyawanya. Namun nasi telah menjadi bubur, hidup manusia di tangan Tuhan, tidak ada manusia yang dapat melawan kuasa-Nya. Sejak saat itu, Vano tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya sedikitpun. Dia menggunkan waktunya untuk hal-hal yang berguna, dua kejadian penting di tanggal 23-03-2010 telah merubah hidupnya menjadi lebih berarti.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

"Blog berisi coretan seorang mahasiswa elektro"

Instagram

Followers

- Copyright © ADITYA INDRA BAGASKARA -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Edited by Aditya Indra -